Palestina vs. Israel...tidakkah kita muak!

Bismillah...
DISCUSSION CENTER bekerjasama dengan LISTEN STAN, dan HMS STAN
Jumat, 23 November 2012
Tempat : Lobi D Waktu : 16.00
 Pembicara :
1. Wima Adang Nugraha (Wapresma 2012-2013)
 2. Wiyogo (Ketua LISTEN STAN)
Moderator : Anas Azwar. S

Ketika Palestina dan Israel saling menyerang dan banyak korban berjatuhan, hal ini bukan merupakan hal yang baru di telinga kita. Perselisihan antara kedua negara ini merupakan kisah lama, yang sering terulang layaknya acara tahunan. Organisasi-organisasi besar yang selama ini membangga-banggakan kekuatan diplomasi dan pengaruh mereka mengubah dunia ini, seperti lumpuh tak berdaya menghadapi kedua negara ini. Sebagai negara yang menentang penjajahan di atas muka bumi ini, Indonesia menentang hal ini, terutama invasi Israel yang banyak menyerang anak-anak kecil dan wanita. Dimana etika mereka semua, dimana hati nurani mereka?. Dalam invasi terakhir saja, ratusan korban dari pihak Palestina banyak yang berjatuhan. Lalu siapakah yang harus bertanggung jawab atas ini semua?. Untuk lebih jelasnya mari kita kaji lebih lanjut.

Pada diskusi kali ini diawali oleh pengenalan LISTEN STAN itu sendiri. LISTEN STAN merupakan wadah organisasi yang berisikan orang-orang yang secara sukarela membantu untuk menyalurkan dana dari wilayah sekitar STAN dan Bintaro, serta merupakan kepanjangan tangan dari KNRP (Komite Nasional Rakyat untuk Palestina). Jadi, tidak perlu khawatir bantuan tidak akan sampai ke tujuan, karena akan disalurkan langsung melalui KNRP. Wiyogo menjelaskan lebih lanjut bahwa dulu warga palestina dan israel sesungguhnya berasal dari daerah yang sama, dan berasal dari satu keturunan, namun israel menyebar di seluruh dunia. Sedangkan warga Palestina merupakan penduduk asli yang menempati wilayahnya sendiri, hingga sampai dijajah Inggris. Saat israel mencoba merebut kekuasaan Palestina, apalagi melalui jalan kekerasan, kita sangat menentang hal itu.

Berdasarkan pembukaan UUD 1945, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Anas menambahkan bahwa negara itu sendiri memiliki tiga unsur mutlak, yaitu penduduk,kekuasaan, dan wilayah. Dilihat dari kasus ini bahwa perebutan wilayah ini tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, karena memang hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh dari perolehan wilayah tersebut, apalagi wilayah tersebut merupakan pusat dari beberapa kebudayaan sekaligus seperti pusat yahudi, nasrani, dan islam.
Selanjutnya Wima menjelaskan bahwa dalam hal ini peperangan antara Palestina dan Israel bukan sekadar peperangan biasa ataupun pertentangan agama, maupun ras belaka, namun sudah merupakan pelanggaran kemanusiaan yang berat. Berbagai macam solusi melalui hubungan multi lateral hanya berakhir sia-sia tanpa ada solusi yang nyata. Kecaman, rekomendasi yang keluar hanyalah sekadar kesepakatan-kesepakatan yang tidak mengikat. Selain itu, membela Palestina layaknya balas budi kepada Palestina. Saat ini, dimana harusnya Palestina yang harusnya diakui sebagai sebuah negara, malah oleh PBB tidak diakui, dan sebaliknya Israel diakui sebagai sebuah negara utuh. Jika mengingat saat Indonesia merdeka dulu, Palestina termasuk kedalam negara-negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Israel telah menguasai sendi-sendi ekonomi dan politik Palestina, serta menggunakan power tersebut untuk mencapai tujuan, mencari tanah untuk dijadikan rumah mereka. Peserta rapat (Waris) menganggap bahwa HAM sekarang menjadi Tuhan baru, dimana ketika kita menginginkan sesuatu kita membawa masalah HAM dan melindunginya, begitu pula dapat dengan mudah kita menghancurkannya jika tidak sejalan dengan keinginan kita.

Serangan Israel ke Palestina merupakan repetisi layaknya acara tahunan yang selalu berulang. Penanggulangan yang ada pun tidaklah berarti. Kita hanyalah seperti sebuah titik dalam suatu buku cerita kelas Israel-Palestina. Namun, hal ini dibantah oleh Wima bahwa meskipun hal ini merupakan repetisi, bukan berarti kita diam dan tidak bertindak. Titik pun dapat berguna. Apalah arti sebuah buku jika tanpa titik. Apakah suatu kalimat bisa dikatakan kalimat jika tanpa titik. Selain itu, Wiyogo menambahkan bahwa memang di Palestina sana memang banyak terjadi pelanggaran hak asasi, bahkan hak asasi untuk hidup saja tidak dapat dirasakan oleh mereka. Banyak terjadi permainan politik di dalamnya, sehingga hingga saat ini belum ada tindakan tegas yang dapat diterapkan bagi pelanggar hak tersebut. Herdian menanyakan bahwa mengapa Hamas, menyerang terlebih dahulu dengan roket, yang notabene mengakibatkan tidak ada korban jiwa, harus dibalas dengan agresi besar-besaran yang mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Hal ini dijawab oleh peserta rapat yang lain bahwa PBB, Amerika dan Europe memang dulu sudah pernah mengajukan syarat untuk mendamaikan kedua negara ini, yang harus dipenuhi oleh kedua negara ini, yaitu :
 1. Pemerintahan bersama
2. Sayap-sayap militer saling dihapuskan.

Namun hal ini tidak dapat dipenuhi oleh kedua pihak, dan kesepakatan damai gagal. Selain itu juga ditambahkan oleh peserta diskusi yang lain bahwa dalam melihat kasus ini kita harus menjadi sisi yang netral, seobjektif mungkin tidak memihak salah satu pihak agar dapat memberikan penilaian yang sesuai. Jika melihat secara keseluruhan jazirah arab, Arab, Persia, Turki, Mesir, Suria, dan lain-lain merupakan negara-negara yang egois satu sama lain sehingga mewujudkan suatu neraka abadi. Bahkan Mesir, dan Suria enggan mengakui dirinya sebagai keturunan Arab, tapi lebih condong pada keturunan Romawi. Jika membahas dan mengaitkan yahudi yang identik dengan Israel dan menganggap mereka dengan zionisme mereka, kita harus membahas lebih lanjut apa itu zion itu, atau tanah yang dijanjikan.

Dulu, bangsa yahudi merupakan bangsa yang menuju ke Mesir untuk dijadikan budak, dan untuk mendapatkan tanah yang dijanjikan mereka tidak mau diajak berperang, sedangkan bangsa Palestina mau untuk diajak berperang memperjuangkan tanah tersebut, sehingga menjadi pemilik dan penduduk yang sah terhadap tanah atau wilayah tersebut. Namun ketenangan tersebut terusik dengan keinginan bangsa yahudi ini untuk merebut tanah milik bangsa Palestina dan hal ini dimulai dengan agresi mereka ke Palestina di tahun 1948. Terkait dengan serangan ini, sebenarnya kondisi Palestina saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Indonesia dulu, saat ada golongan muda dan tua, dimana golongan tua ingin memilih aman untuk berunding melalui jalan diplomasi dengan kolonial, sedangkan golongan muda memilih jalan ekmerdekaan dengan usaha mereka sendiri yang lebih revolusioner.

Di Palestina ada golongan Hamas yang mewakili golongan muda dengan tindakannya yang tegas dan lebih memilih jalan konfrontasi. Sedangkan golongan Fatah yang mewakili golongan tua yang memilih jalan yang lebih aman melalui penyelesian yang soft dan diplomatis. Jadi meskipun dari diskusi ini mungkin masih banyak dan banyak lagi pendapat yang muncul, dan mungkin kita tidak bisa memaksakan diri untuk menyamakan persepsi, kita saat ini menilai dari sisi kemanusiaan untuk ikut turut serta membantu atas dasar kemanusiaan. Maka dari itu, esoknya, sabtu, 24 November 2012 BEM bekerjasama dengan LISTEN STAN, dan Elkam-elkam STAN untuk melakukan aksi, menggalang donasi untuk membantu saudara-saudara kita di Palestina yang banyak kehilangan sanak saudara, teman-teman, harta, rumah dan menghadapi masa krisis. Atas dasar kemanusiaan, amri kita membantu untuk sedikit meringankan beban mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manajemen Operasi EKMA4215 - Cara Menyusun Strategi Bersaing

Tugas Akhir Program EKSI4500 : Perkembangan Akuntansi Yang Ada Di Indonesia Secara Singkat

Tugas Akhir Program EKSI4500 : Perbedaan Antara Auditing Dengan Jasa Assurance